Peduli Sampah, DPK Kota Yogyakarta Selenggarakan Diskusi Buku “Hemat (Sampah) Pangkal Kaya
Sebagai salah satu wujud kepedulian terhadap isu sampah, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Yogyakarta menggelar Diskusi Buku “Hemat (Sampah) Pangkal Kaya”. Kegiatan ini menjadi momentum untuk mengedukasi, memberikan wawasan dan pengetahuan, serta memperkuat komitmen masyarakat untuk turut serta bertanggung jawab terhadap persoalan sampah.
“Melalui diskusi buku ini DPK mengajak kepada seluruh elemen masyarakat bersama segenap pemangku kepentingan untuk terus bekerjasama mewujudkan pengelolaan sampah yang terpadu, serentak, masif, dan berkelanjutan di Kota Yogyakarta. Karena sesungguhnya, persoalan sampah bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga tanggung jawab bersama seluruh masyarakat,” kata Sekretaris DPK, Suryatmi dalam sambutannya di Perpustakaan PEVITA pada Senin, (13/02/2023).
Dalam diskusi buku yang dilangsungkan secara hybrid dan diikuti oleh tiga puluh peserta luring serta seratus peserta daring tersebut menghadirkan dua narasumber Suryani, S.E., M.Si dari Komisi D DPRD Kota Yogyakarta dan Sri Martini, pengurus Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta.
Suryani mengapresiasi kegiatan yang mengusung tema tentang sampah sebagai bahasan diskusi. Karena isu sampah kini sedang booming dibicarakan, mengingat adanya rencana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan di akhir tahun 2023. Menurutnya, buku Hemat (Sampah) Pangkal Kaya yang dipilih sebagai pemantik diskusi ini isinya sangat bagus. “Setelah membacanya, ternyata isi buku ini sangat bagus. Bukan soal mengumpulkan sampah kemudian menjualnya lalu memperoleh uang, tetapi buku yang ditulis oleh sepasang suami istri ini adalah tentang lifestyle atau gaya hidup”, ucap Suryani saat memaparkan materinya.
“Mengubah gaya hidup memang awalnya berat. Penulis pun menceritakan bahwa mereka sempat hampir putus asa. Karena dari bangun tidur hingga tidur lagi mereka harus benar-benar menghitung bagaimana agar dapat melakukan penghematan pada perilaku konsumtif untuk tidak menambah volume sampah rumah tangganya. Salah satu contohnya, mereka harus un follow banyak akun Instagram belanja pakaian yang menjadi favorit mereka selama ini,” terangnya.
Sementara itu, Sri Martini dalam paparan materinya menekankan tentang pentingnya pemilahan sampah yang dapat dimulai dari sampah rumah. Menurutnya, minimal pemilahan sampah dari rumah tangga sebanyak tiga jenis, yaitu sampah organik, anorganik, dan residu.
“Kita harus memahami bagaimana memilah sampah dari rumah karena kini hukumnya menjadi wajib. Untuk mempermudah proses pemilahan, setiap rumah tangga dapat menyediakan wadah terpilah untuk masing-masing jenis sampah sesuai kemampuan,” jelas Sri.
Menurutnya, sampah dapat dimanfaatkan kembali. Yaitu dengan gerakan 3R, reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang). Ia mencontohkan banyak hal yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan sampah kembali. Salah satu contohnya dari sampah dapat dibuat eco enzyme yang memberikan banyak manfaat.
“Eco enzyme merupakan produk organik yang dapat dibuat sendiri di rumah dari sisa sampah organik buah dan sayur yang kaya akan manfaat. Eco enzyme dapat digunakan sebagai obat luka, gatal-gatal pada kulit, pembersih karang gigi, kecantikan, dan masih banyak lagi contoh manfaat lainnya,” tambah Sri di akhir sesi presentasinya. (Rta)