Melacak Jejak Arsip Balaikota dari Waktu ke Waktu
Tidak dapat dipungkiri Kota Yogyakarta dengan segala keunikan dan kekhasannya sangat menarik untuk ditelusuri. Keunikan bangunan lama yang berada di kota ini perlu ditampilkan di seluruh wilayah Indonesia bahkan dunia. Tak terkecuali adalah bangunan balaikota yang pernah menjadi pusat pemerintahan daerah pada masanya. Balaikota sebagai tempat penyelenggara pemerintahan daerah, baik yang bersifat wajib maupun pilihan, membutuhkan sebuah gedung pemerintahan yang representatif dan menampakkan ciri khas Kota Yogyakarta. Selain itu, balaikota sebagai pusat pelayanan publik dari Pemerintah Kota Yogyakarta dan menunjang pemberdayaan maupun peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program-program pembangunan di wilayah Kota Yogyakarta.
Pada awalnya balaikota pernah bertempat di Jalan Ngabean (sekarang Jalan KHA Dahlan). Setelah kepindahan Balaikota ke Timoho, bangunan di Jalan Ngabean digunakan untuk Kantor CV. Punokawan, dan saat ini difungsikan untuk toko batik dan kerajinan. Pada tahun 1952 Walikotapradja Yogyakarta Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo pernah menyelenggarakan peringatan Lustrum I (pertama) Pemerintah Kotapradja Yogyakarta. Menurut Penghageng Tepas Dwarapura Kraton Yogyakarta, KRT. Jatiningrat, SH, Balaikota Lama Yogyakarta pernah menempati Gedung Sasono Hinggil Dwi Abad Alun-Alun Selatan Kraton Yogyakarta. Pada waktu itu (tahun 1958) pernah dipergunakan untuk kegiatan musyawarah pembangunan. Pada waktu yang bersamaan pada tahun 1958 juga dibentangkan spanduk tentang musyawarah pembangunan tersebut di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Jalan Reksobayan 4 Yogyakarta.
Dari penelusuran sejarah terungkap bahwa pada tahun 1956 sebenarnya sebelum pusat pemerintahan Kotapradja Jogjakarta berpindah ke lokasi di Timoho, Balaikota Lama Yogyakarta, juga pernah menempati bangunan di sebelah barat Puro Pakualaman. Balaikota lama yang berada di Dalem Notokusumo ini tepatnya di Jl Masjid Nomor 1 Pakualaman Yogyakarta. Menurut Pak Kun (pengelola bangunan), bangunan di Dalem Notokusumo dulunya sering disebut Kepatihan Kecil. Bangunan ini pernah dipakai untuk Kantor Kedokteran Yogyakarta, Agraria, AKPER Notokusumo dan sekarang dipergunakan untuk pelatihan karawitan.
Selanjutnya pembangunan Balaikota Timoho Yogyakarta dimulai dari masa Walikotapraja dijabat oleh Soejono AY. Menurut Ir. Yuwono Sri Suwito, MM (Ketua Dewan Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) pembangunan dimulai pada tahun 1972 dibuktikan dengan adanya prasasti di Pendapa Balai Kota Timoho sisi Utara, berupa Surya Sengkala huruf Jawa ‘KINANTHEN SAPTA MARGANING BUDI’, yang bermakna tahun 1972 Masehi, serta Candra Sengkala ‘DADI LELUHURING WIWARA PRAJA’, yang bermakna 1904 tahun Jawa. Alur perjalanan sejarah Balaikota menjadi hiasan sejarah yang tak mungkin terlupakan bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Sejarah merupakan koleksi memori kehidupan yang tertuang dalam arsip dan dokumen yang sangat penting dan wajib dipelihara dan disimpan sebaik-baiknya. [S.PUR]