Perumahan Rakyat Khazanah Arsip Kota Yogyakarta Tahun 1956

Arsip memiliki peranan penting sebagai memori kolektif bangsa yang tidak boleh dilupakan oleh generasi sekarang. Salah satu khazanah arsip lemaga kearsipan daerah Kota Yogyakarta adalah arsip foto yang menggambarkan kondisi Kota Yogyakarta pada tahun 1956. Tepatnya 7 Oktober 1956 merupakan peringatan 200 tahun Kota Yogyakarta. Dalam sambutan yang dimuat dalam Buku KEnang-kenangan Peringatan 200 Tahun Kota Jogjakarta 1756-1956, Sultan Hamengkubuwana IX menyampaikan bahwa di usianya yang sudah 2 abad, Kota Yogyakarta mempunyai dan membikin sejarahnya sendiri.

Lembaga Kearsipan Daerah Kota Yogyakarta memiliki khazanah arsip tahun 1956, ketika Kota Yogyakarta berusia 200 tahun. Salah satunya adalah foto-foto tentang perumahan. yang didalamnya tercermin penataan fisik dan bangunan-bangunan lama di era 200 tahun Kota Yogyakarta. Bila dikaitkan dengan  kearsipan, khazanah arsip  mengandung arti kepemilikan, kekayaan, aset berupa  arsip  yang dimiliki oleh lembaga kearsipan, atau tempat menyimpan aset  arsip statis.  Bangunan penunjang fasilitas umum menjadi salah satu khazanah arsip statis Lembaga Kearsipan dengan tematik bangunan bersejarah. Sejalan dengan perkembangan perumahan sebagai embrio dari tumbuhnya perkotaan, Darmosugito (1956) menjelasakan bahwa Kota Yogyakarta dibangun oleh Sultan Hamengkubuwana I dengan terlebih dahulu membangun pusat kota berbasis tata ruang pusat kota Jawa yang terdiri dari 4 elemen dasar (Catur Sagotra) meliputi Keraton, Alun-Alun, Masjid, Pasar. Setiap pembangunan bangunan baru harus mendapatkan ijin dari Sultan, karena berkaitan dengan biaya sewa/pajak. Beberapa bangunan perumahan yang tersebar di wilayah Kota Yogyakarta umumnya untuk peruimahan rakyat. Diantaranya adalah Perumahan Tegalrejo, Minggiran, Baciro. Perumahan rakyat dibangun dengan sistem pembelian yang mudah, yaitu dengan perjanjian sewa beli (huurkoop). Pembayaran pertama 20% dari harga, dan sisa harga diangsur maksimum selama 26 tahun. Meskipun kondisi rumah masih sangat sederhana, namun program ini mampu meringankan beban masyarakat yang belum memiliki rumah. [Nunuk Dwi Hastuti S]